Bulan
ramadan tahun ini, anak saya menginjak usia tujuh tahun. Di usia yang sudah di
wajibkan untuk anak belajar solat dan menjalani ibadah puasa. Tahukan bunda,
mengajarkan anak untuk rajin menjalankan solat lima waktu dan menjalani ibadah
puasa tidak semudah kita mengajarinya membaca dan menulis. Ada banyak tantangan
di mana kesabaran Bunda pun diuji. Menghadapi anak yang terkadang lalai solat
dengan alasan lupa. Menghadapi anak yang tetiba mewek ingin berbuka puasa karena
haus. Super ya Bun. Itulah, tugas Bunda yang selalu mengingatkan dengan
kata-kata halus. Tidak sampai suara meninggi karena kesal.
Bunda
yang sedang belajar ‘sabar’ menghadapi anak kecilnya yang manis bisa menularkan
sabar itu sendiri kepada anak tersayangnya:
![]() |
pixabay |
1.
Sabar menahan haus
Ini
yang paling sering dilontarkan kepada anak apabila pulang sekolah. “Aduh Bunda
haus ...”, sambil mengusap lehernya. Melihat matanya yang agak-agak memelas
begitu kesian ya Bun? Iya, saya termasuk yang gak tegaan sama anak.
“Sabar
ya sayang ... sebentar lagi kok bukanya”, kata saya sambil mengusap-usap kepala
dan pundaknya. Tidak jarang juga saya mencium keningnya dan memujinya. “Anak
Bunda hebat ya puasanya”, dan saya mengalihkan pembicaraan selanjutnya dengan
menanyakan “Gimana tadi di sekolah, belajar apa?”, atau “Tadi pulangnya bareng
sama teman yang mana?”, dan dia akan cerita sekaligus curhat apa-apa saja
aktifitas di sekolahnya. Dengan demikian pembicaraan ‘haus’ tidak berlanjut
lebih panjang.
2.
Sabar menahan amarah
Ini yang
penting sekali agar anak tidak sedikit-sedikit ngambek sama Bundanya, temannya,
sampai-sampai sama mainannya pun dia ikut sebel. Tidak jarang ya Bun kita
mendengar curhatannya tentang teman yang
itu nakal, teman yang ono jahil lalu berlinanglah air mata. Hohoho ini anak
saya banget Bun. Kalau sudah begini saya cuma bisa peluk dia yang nangis dan
bekata “Sudah jangan dipikirin, biarin teman itu nakal, biarin teman ono jahil.
Yang penting anak bunda gak nakal dan gak jahil. Itu mencirikan bahwa anak
bunda adalah anak yang baik. Anak baik selalu disayang sama Allah. Apalagi
Bunda sama Ayah, sayang banget”.
Intinya
hibur dulu agar nangisnya tidak berlanjut dan memberi pelukan untuk anak dapat
menguatkan mentalnya bahwa dia tidak sendirian. Dia terlindungi, dia dikasihi
dan pelukan seorang Bunda sungguh sangat menghangatkan jiwanya. Dan anak ini
akan tumbuh menjadi anak yang bersimpati dan berempati apabila ada temannya
yang mengalami hal yang sama seperti yang dia rasakan.
Begitupun
di bulan ramadan saat ia tengah berjuang dalam berpuasa. Menahan lapar, menahan
haus. Bun, anak yang diajarkan berkata baik, niscaya saat ia mendengar
kata-kata kasar dari temannya. Anak ini bisa menasihati temannya bahwa bicara
seperti itu tidak baik. “Kata Bunda aku, itu tu dosa!”, saya pernah dengar sendiri
saat anak saya bermain dengan teman-temannya di teras rumah. Dan ada temannya
yang ngatain teman yang lain dan anak saya menasihati teman yang ngatain itu
dengan berkata begitu. Sebagai
Bunda yang tidak sengaja mendengar seperti itu rasanya bagaimana? Alhamdulilah.
3.
Sabar menahan lisan
Maka
tidak salah jika ada kalimat “Mulutmu harimaumu”, “Lidah lebih tajam daripada
silet”. Hemmm ... tidak sedikit saat kita mendengar berita tentang kriminal di
televisi. Seseorang bisa membunuh orang lain hanya karena kata-kata. Untuk itu
sedari dini saya mengajarkan kepada anak untuk selalu berkata baik. Biarin baku
juga bahasanya yang penting anak ini melontakan kata-kata yang baik. Saya
pernah disindir oleh mama lain “Anak elo baku banget bahasanya”. Karena di
rumah Ayahnya pun jika berbicara kepada anak selalu memakai bahasa yang baik.
Sehingga anak ini terbiasa mendengar bahasa-bahasa dan ucapan-ucapan yang baik
jadilah anak ini bahasanya terbawa dalam kehidupan kesehariannya sampai ia
bermain dan di sekolahpun anak saya termasuk anak yang memiliki bahasa yang
baik.
Itu dia
Bunda cara mengajarkan sabar kepada si kecil ala saya. Semoga menginspirasi
Bunda yang lainnya. Intinya orangtua adalah role
model untuk anak. Sikap baik dan ucapan baik orangtua akan diikuti oleh
anak. Orangtua ibarat kaca yang dapat diikuti dan dicontoh oleh anak.
Terimakasih
ya sudah berkunjung ke blog saya. Nantikan cerita-cerita saya selanjutnya
dengan cerita yang berbeda.
Salam
Susahnya kalo ortunya yang gak sabaran saat ngajar sabar ke anak hehehe
ReplyDeleteOrangtua bisa belajar kepada anak. Anak saja bisa sabar menghadapi ortu yang gak sabaran. Wkwkwk
Delete