![]() |
photo by doc pribadi atinnuratikah |
Mengisi waktu senggang atau weekend yang terbayang pasti jalan-jalan
ke Mal, hangout dengan teman sesama emak yang biasa nunggu anak di sekolah. Meetime-nya emak-emak begitukan? Kalau
enggak arisan ya ngemal. Siapa yang senasib? Tapi kalau weekend-nya diisi dengan kegiatan jelajah bersama keluarga terutama
anak-anak, mereka bakalan bosen nggak ya?
![]() |
photo by doc pribadi atinnuratikah |
Berhubung Mak Kece ini hobby jalan sampe nge-tug (bahasanya orang Parung = jalan terus
sampe gempor) gak cuma ngemal aja, selalu punya cara agar anak yang banyak
tanya alias kritis ini juga bisa diajak jelajah cagar budaya yang ada di dekat daerah tempat tinggal.
Bicara soal cagar budaya Indonesia, di Cirebon
banyak tempat-tempat bersejarah dari zaman kerajaan yang situs dan
peninggalannya masih ada bahkan berdiri kokoh. Salah satunya adalah Taman Wisata Gua
Sunyaragi.
Taman yang sudah berdiri sejak
tahun 1703 masehi ini didirikan oleh Pangeran Kararangen yaitu cicit dari Sunan
Gunung Jati (versi Caruban Nagari adalah yang digunakan sebagai acuan para
pemandu wisata Gua Sunyaragi).
Taman Wisata Gua Sunyaragi berlokasi di kelurahan
Sunyaragi, Kesambi kota Cirebon. Nama “Sunyaragi” berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu kata ‘sunya’ artinya ‘sepi’ dan ‘ragi’ yang berarti ‘raga’. Tujuan didirikannya
gua tersebut sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan
keluarganya.
Taman ini sekilas hanya berupa
kumpulan batu tak beraturan namun, bila dilihat dengan lebih teliti tiap batunya
memiliki karakter yang berbeda. batu-batu ini nampak unik karena namanya
batu yang biasa kita lihat, permukaannya halus seperti candi-candi di kota lain.
Namun batu di taman ini terlihat berbeda, permukaannya kasar lalu membentuk seperti
candi secara alami. Alhasil penampakan batunya terlihat sangat berbeda dengan
batu-batu pada umumnya.
Dapat diperhatikan dalam denah
berikut:
![]() |
photo by doc wikipedia GOOGLE |
Bangsal Jinem
Sebagai tempat Sultan memberi
wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih.
Gua pengawal
Sebagai tempat berkumpul para
pengawal Sultan.
Kompleks mande
kemasan (sebagian sudah hancur termakan zaman).
Gua pande kemasan
Sebagai tempat membuat senjata
tajam.
Gua simanyang
Sebagai tempat pos penjagaan.
Gua langse
Sebagai tempat bersantai.
![]() |
photo by doc pribadi atinnuratikah |
Gua peteng
Sebagai tempat menyepi untuk
kekebalan tubuh.
![]() |
photo by doc pribadi atinnuratikah |
Gua arga jumud
Sebagai tempat orang penting
keraton.
![]() |
photo by doc pribadi atinnuratikah |
Gua padang ati
Sebagai tempat bersemedi.
Gua kelanggengan
Sebagai tempat bersemedi agar
langgeng jabatan.
![]() |
photo by doc pribadi atinnuratikah |
Gua lawa
Sebagai tempat khusus kelelawar.
Gua pawon
Sebagai dapur penyimpanan
makanan.
Menurut Mak Kece pengelolaan
taman wisata ini sangat baik karena pengunjung tidak hanya disuguhi pemandangan
wisata purbakala bersejarah namun juga wisata swafoto kekinian cocok untuk anak
milenia jaman now yang selalu berburu
foto instagramable dengan latar belakang gua sunyaragi.
![]() |
photo by doc atinnuratikah |
Setiap hari Sabtu pengunjung bisa melihat anak-anak yang sedang berlatih tari Topeng yang merupakan
tarian tradisional khas Cirebon di taman ini.
![]() |
photo by doc pribadi atinnuratikah |
Intinya hanya satu, agar taman
selalu ramai dikunjungi tidak hanya oleh turis mancanegara ataupun domestik
tetapi juga oleh warga sekitar Taman Gua Sunyaragi.
Itu dia jalan-jalannya Mak Kece
nemenin anak sekaligus meetime-nya
emak. Jalan-jalan di tempat terbuka selain bisa berkeringat badanpun menjadi bugar. Mencintai peninggalan terdahulu salah satu wujud cinta kita
terhadap alam Indonesia. Bersyukur karena masih dapat menyaksikan peninggalan zaman
tua. Maka lestarikan dan rawat dengan baik agar generasi selanjutnya dapat
melihat apa yang ada di masa kini.
![]() |
photo by doc pribadi atinnuratikah |
Tulisan ini diikutkan dalam Kompetisi
Blog Cagar Budaya Indonesia yakni perlombaan
menulis blog yang diadakan oleh komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) yang didukung
oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Tema “Rawat atau
Musnah!”.
![]() |
photo by komunitas IIDN |
Buat emak lainnya, yang juga memiliki cerita sama dengan Mak Kece mengenai cagar budaya yang masih
terawat dengan baik ataupun cagar budaya yang terabaikan bahkan hampir
dilupakan nah, kini saatnya bersuara agar kedepannya cagar budaya di Indonesia, (gak usah jauh-jauh, yang ada di sekitar rumah emak aja), agar semakin baik kedepannya.
Info lebih lanjut mengenai
kompetisi menulisnya bisa cek di sini ya atau ke http://kebudayaan.kemdikbud.go.id
Semoga tulisan ini dapat
menginspirasi pembaca agar tidak melupakan budaya yang ada di sekitar kita. Terimakasih
sudah berkinjung ke blog Mak Kece ya.
Salam