November 16, 2019

Taman Gua Sunyaragi Salah Satu Dari Sekian Banyak Cagar Budaya Indonesia Yang Masih Terawat Dengan Baik


photo by doc pribadi atinnuratikah

Mengisi waktu senggang atau weekend yang terbayang pasti jalan-jalan ke Mal, hangout dengan teman sesama emak yang biasa nunggu anak di sekolah. Meetime-nya emak-emak begitukan? Kalau enggak arisan ya ngemal. Siapa yang senasib? Tapi kalau weekend-nya diisi dengan kegiatan jelajah bersama keluarga terutama anak-anak, mereka bakalan bosen nggak ya? 

photo by doc pribadi atinnuratikah


Berhubung Mak Kece ini hobby jalan sampe nge-tug (bahasanya orang Parung = jalan terus sampe gempor) gak cuma ngemal aja, selalu punya cara agar anak yang banyak tanya alias kritis ini juga bisa diajak jelajah cagar budaya yang ada di dekat daerah tempat tinggal.

Bicara soal cagar budaya Indonesia, di Cirebon banyak tempat-tempat bersejarah dari zaman kerajaan yang situs dan peninggalannya masih ada bahkan berdiri kokoh. Salah satunya adalah Taman Wisata Gua Sunyaragi.





Taman yang sudah berdiri sejak tahun 1703 masehi ini didirikan oleh Pangeran Kararangen yaitu cicit dari Sunan Gunung Jati (versi Caruban Nagari adalah yang digunakan sebagai acuan para pemandu wisata Gua Sunyaragi).

Taman Wisata Gua Sunyaragi berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi kota Cirebon. Nama “Sunyaragi” berasal dari bahasa Sanskerta yaitu kata ‘sunya’ artinya ‘sepi’ dan ‘ragi’ yang berarti ‘raga’. Tujuan didirikannya gua tersebut sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya.

Taman ini sekilas hanya berupa kumpulan batu tak beraturan namun, bila dilihat dengan lebih teliti tiap batunya memiliki karakter yang berbeda. batu-batu ini nampak unik karena namanya batu yang biasa kita lihat, permukaannya halus seperti candi-candi di kota lain. Namun batu di taman ini terlihat berbeda, permukaannya kasar lalu membentuk seperti candi secara alami. Alhasil penampakan batunya terlihat sangat berbeda dengan batu-batu pada umumnya.





Dapat diperhatikan dalam denah berikut:


photo by doc wikipedia GOOGLE


Bangsal Jinem
Sebagai tempat Sultan memberi wejangan sekaligus melihat prajurit berlatih.

Gua pengawal
Sebagai tempat berkumpul para pengawal Sultan.

Kompleks mande kemasan (sebagian sudah hancur termakan zaman).

Gua pande kemasan
Sebagai tempat membuat senjata tajam.

Gua simanyang
Sebagai tempat pos penjagaan.

Gua langse
Sebagai tempat bersantai.


photo by doc pribadi atinnuratikah


Gua  peteng
Sebagai tempat menyepi untuk kekebalan tubuh.


photo by doc pribadi atinnuratikah


Gua arga jumud
Sebagai tempat orang penting keraton.


photo by doc pribadi atinnuratikah


Gua padang ati
Sebagai tempat bersemedi.

Gua kelanggengan
Sebagai tempat bersemedi agar langgeng jabatan.

photo by doc pribadi atinnuratikah


Gua lawa
Sebagai tempat khusus kelelawar.

Gua pawon
Sebagai dapur penyimpanan makanan.




Menurut Mak Kece pengelolaan taman wisata ini sangat baik karena pengunjung tidak hanya disuguhi pemandangan wisata purbakala bersejarah namun juga wisata swafoto kekinian cocok untuk anak milenia jaman now yang selalu berburu foto instagramable dengan latar belakang gua sunyaragi.


photo by doc atinnuratikah





Setiap hari Sabtu pengunjung bisa melihat anak-anak yang sedang berlatih tari Topeng yang merupakan tarian tradisional khas Cirebon di taman ini.


photo by doc pribadi atinnuratikah


Intinya hanya satu, agar taman selalu ramai dikunjungi tidak hanya oleh turis mancanegara ataupun domestik tetapi juga oleh warga sekitar Taman Gua Sunyaragi.

Itu dia jalan-jalannya Mak Kece nemenin anak sekaligus meetime-nya emak. Jalan-jalan di tempat terbuka selain bisa berkeringat badanpun menjadi bugar. Mencintai peninggalan terdahulu salah satu wujud cinta kita terhadap alam Indonesia. Bersyukur karena masih dapat menyaksikan peninggalan zaman tua. Maka lestarikan dan rawat dengan baik agar generasi selanjutnya dapat melihat apa yang ada di masa kini.


photo by doc pribadi atinnuratikah


Tulisan ini diikutkan dalam Kompetisi Blog Cagar Budaya Indonesia yakni perlombaan menulis blog yang diadakan oleh komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) yang didukung oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan Tema “Rawat atau Musnah!”.

photo by komunitas IIDN


Buat emak lainnya, yang juga memiliki cerita sama dengan Mak Kece mengenai cagar budaya yang masih terawat dengan baik ataupun cagar budaya yang terabaikan bahkan hampir dilupakan nah, kini saatnya bersuara agar kedepannya cagar budaya di Indonesia, (gak usah jauh-jauh, yang ada di sekitar rumah emak aja), agar semakin baik kedepannya.

Info lebih lanjut mengenai kompetisi menulisnya bisa cek di sini ya atau ke http://kebudayaan.kemdikbud.go.id


Semoga tulisan ini dapat menginspirasi pembaca agar tidak melupakan budaya yang ada di sekitar kita. Terimakasih sudah berkinjung ke blog Mak Kece ya.


Salam

Meningkatkan Value Untuk Diri Sendiri

Ketika aku menulis, ibarat berjuang dengan diri sendiri. Halo Ladies, kembali lagi Mak Kece menyapa dengan pengetahuan yang bermanfaat. Kali...