December 28, 2015

Berdirinya Perpustakaan Sekolah

Temen-temen dari kecil sampe sekarang aku suka banget sama buku. Buku apa saja aku suka apalagi buku yang banyak gambar warna warninya. Buku adalah jendela dunia. Begitu kalimat yang hapal sekali aku dengar dan aku baca diberbagai tempat di perpustakaan. Dengan membaca kita bisa tahu begitu luasnya dunia, hingga tidak hanya Sabang sampe Merauke saja tapi kita bisa berkeliling dunia. Begitu luasnya ilmu pengetahuan, tidak hanya IPA dan IPS saja tapi kegiatan sehari-hari hingga karakter masing-masing orang dapat kita ketahui dari membaca.  Dan juga begitu luasnya bahasa, tidak hanya bahasa yang di pakai sehari-hari. Bahasa negeri sendiri yang beraneka ragam tidak kalah dengan banyaknya bahasa dari negera lain.




Ngomong-ngomong soal perpustakaan. Aku jadi teringat masa-masa sekolah dan kuliah dulu yang hobby banget berkunjung saat istirahat. Bisa dibilang dari pada jajan di kantin mendingan nongkrong di perpus, tambah ilmu gak ngabisin uang jajan juga hehe...

Ehhh itu dulu yak tapinya keterusan sampe sekarang teman. Sekarang aku mengajar Bahasa Indonesia di sebuah sekolah swasta di Cirebon. Di tahun ke empat mengajar di sekolah itu aku di percaya untuk mengelola Perpustakaan sekolah. Jujur saja perpustakaan sekolah ini sudah pindah dua kali terhitung sejak aku mengawali karirku sebagai guru di sekolah ini. Dan ini adalah yang ke tiga, aku sebagai pengelolanya.

Tau kenapa bisa pindah-pindah, simak berikut ini:


Ruangan pertama

Tempatnya di sudut dekat tangga paling belakang bagian atas lantai 2 bersebrangan dengan ruang praktek kelas Listrik. Tanpa jendela, hanya pintu saja. Tak ada tanda atau plang kalau itu adalah perpustakaan. Sedangkan kalau memperhatikan ruangan yang di depannya yaitu ruang praktek Listrik masih bisa lebih baik. Ruang praktek itu ada jendela kaca yang bannyak. Hampir seluruh ruang didalamnya terlihat dari luar dan ada plang atau tanda bahwa itu adalah ruang praktek listrik. 

Disini bisa dilihat bahwa penggunaan ruangan terbalik. Mestinya ruang perpustakaan yang memiliki jendela sedangkan ruang praktek yang tidak berjendela, ini dimaksudkan untuk... ruang bacaan hendaknya lebih nyaman dan terlihat dari luar ruangan untuk menarik minat baca para siswa bukan tertutup dan terpenjara seperti ruangan yang ditempati itu.





Ruang kedua

Bertempat dilantai 2. Ruangannya terlihat dari lapangan utama sekolah. Tapi kenapa masih sepi aja? Usut punya usut ternyata perpustakaan itu jarang sekali di buka selalu terkunci jadi setiap ada anak yang ingin pinjam buku pasti deh nanya-nanya dan nanti pasti juga deh cari-carian kalo gak cari si pengelola perpus pasti cari kunci yang tidak tahu berada dimana dan oleh siapa. Alhasil perpus sepi peminat maupun peminjam. Hanya plang di atas pintu saja yang terlihat bahwa itu adalah Ruang Perpustakaan.




Saat aku di beri amanah untuk mengelola perpus aku langsung tangani. Aku cari kunci. Dan melihat ada apa saja di dalam ruangan yang katanya perpus itu. Hemmm.... ternyata begini penampakannya. Banyak debu setinggi milimeter hehehe... seluruh ruangan, di buku, di rak buku, di meja, di kursi, dan lain sebagainya tak luput dari debu. 

Baik... jadi... pekerjaan pertamaku adalah membersihkan ruangan ini dari debu-debu dulu baru administrasi dan operasionalnya.

Bersih-bersih seruangan saja capeknya sangat-sangat. Mesti cari bantuan ini mah biar ruangan kinclong. Oke! buat tim bersih-bersih. Aku memanggil pembersih sekolah dan ketua OSIS untuk bekerja sama dalam menyelesaikannya. Alhamdulilah semua berjalan lancar.



 


Aku mengecek administrasi pembukuan perpustakaan. Takjub dengan yang ku lihat karena tak ada satupun perbukuan yang memuaskan. Semuanya dalam kondisi kosong. Ada berapa buku di ruangan  ini? ada berapa judul buku yang tersimpan di perpustakaan ini? dan lain sebagainya... itu semua hanya ada dua sampai tiga halaman yang kalau di lihat seperempat dari jumlah buku disini saja tidaaaak ada datanya.

Oooh oke deh ini benar-benar PR buatku. PR to do list utama yang harus ku kerjakan segera kalau memang benar-benar ingin membuka perpustakaan ini untuk siswa siswi di sekolah ini.






Di sela-sela kegiatanku antara guru mengajar – pengelola perpustakaan, aku mendapat kritikan yang kupikir cukup masuk akal dari seorang guru praktek sepuh di sekolah ini.

“bu, ada buku teknik nge-Las gak? Di perpustakaan tuh” tanyannya.

“hehehe kurang tau pak. Atau bapak mau aku anter ke perpus yuk bareng biar cari sama-sama” kataku.

Aku berjalan bersamanya. Kulihat raut wajahnya yang tua masih bersemangat mengajar. Jalannya pelan. Postur tubuhnnya agak gemuk. Saat menaiki tangga aku melihat kesahnya menandakan bahwa dia kelelahan. Tangga ini tak banyak hanya beberapa anak tangga saja. Tapi semangatnya menapaki tangga demi tangga aku acungi jempol demi sebuah buku referensi untuk mengajarnya.

“cape ya pak” cengirku ngajak becanda.

“iya bu. Maklum udah tua. Coba perpusnya di pindah kebawah gak usah naik tangga mungkin saya bisa ke perpus tiap hari” lontarnya.

Sebuah ide satu lagi bisa jadi projek aku kedepannya. Iya bener. Perpus di pindah kebawah aja. Ruangan yang strategis, mudah terlihar dari depan pintu masuk gerbang sekolah, dari ruang guru, dari ruang praktek anak-anak, dan yang paling penting jendela lebar agar dapat terlihat aktifitas di dalam perpus dari luar.







Mulai set ruangan sebagai target. Dan yang paling penting dari segala perencanaan adalah persetujuan dari pihak sekolah. Kalau Cuma bilang A bilang B demi kemajauan perpustakaan pasti dong bolehin hehe. Siap tempur ah.

Ketemuan sama Kepsek dan ngbrol-ngobrol ngalor ngidul tentang perpustakaan, keluahanku soal administrasi sampai kritikan dan ajuan permohonan pindah ruangan yang sudah menjadi target tentu saja dengan alasan-alasan yang sangat beralasan dan kelebihan dari ruangan tersebut. Ternyata negonya tak semudah membalikkan telapak tangan. Yah...Argumenku ternyata tidak kuat karena set perpus di atas adalah atas desain pak Kepsek sendiri. Senjata paling akhir dari perbincangan ini adalah keluhan dan kritikan dari seorang guru yang sudah sepuh deh aku jadi kan alasan pindahnya perpus. Dan ternyata jawabannya harus dipikir-pikir dulu.

Dalam hati aku mengeluh panjang. Hah! Pikir-pikir dulu? Kiranya apaan ya mesti pikir-pikir dulu.

Sehari, dua hari, dan hari ke empat. Waka kurikulum mengunjungiku di perpustakaan. Menyampaikan tentang permohonan pindah ruangan telah disetujui. Senangnya? Ya Senang. Oke waktunya kerja keras.








Pindahan yuk. Saatnya bentuk tim khusus untuk membantu kepindahan buku-buku ini. Kelihatanya sih sepele, kecil, sedikit. Setelah di lakukan. Hadeeewwww.... muantaps. Gak selesai sehari, dua hari, tiga hari, kurang dari sebulan dengan waktu bekerja empat jam perhari. La... wong pekerjanya siswa siswi sekolah kok. Dengan mengambil mata pelajaran pribadi agar tidak ada tambahan di luar jam pelajaran yang nantinya membuat anak banyak kalimat keluhan bikin sensi dan emosi si guru. Nama mata pelajarannya berkunjung ke perpus.






Dengan segala media angkut. Tumpuk buku setinggi dan mampu tangan membawa, masukkan buku ke dalam kardus, buntel buku dengan taplak meja, dan lain sebagainya. Dan yang paling berat adalah rak buku. Ini nih yang paling sulit buat anak-anak.





Tiap kerja keras harus di apresiasi, berikan pujian, ucapkan terimakasih, berikan minuman dan makanan sampai kenyang. Modal yah. Biar kalo di mintai tolong lagi mereka tidak menolak. Akhirnya selesai juga. Terimakasih anak-anak... murid ibu terkasih dan tercinta.





Saatnya beres-beres. Alhamdulilah karena sedari awal aku sudah coba mengambil hati anak-anak ini dengan “ikhlas bantuin nti dapet nilai plus dan makan siang ”. Sogokan? Ya gak juga sik karena biasa manusia kalau senang membantu dan tolong menolong niscaya akan mendapat pahala. Nah disini hanya di ganti saja kalimatnya. Pahala mah ngikut sendiri yang memang benar-benar ikhlas membantu ibu gurunya. Begitukan.

Setiap keikhlasan yang dilakukan akan berbuah manis dan berpahala tentunya.

Terimakasih sudah berkunjung ke blog aku, jangan lupa tinggalkan komentar agar aku bisa blokwalking ke blog kamu.

Salam




8 comments:

  1. Wah semangaat kak. Alasannya sepele ya.. pindah ke tempat yang bisa dijangkau banyak orang. Dengan begitu semuanya bisa memanfaatkan ruang perpustakaan. Dulu saya bukan tipe yang rajin ke perpustakaan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biar gak sepi pengunjung, dipindah ketempat yang lebih terlihat. Biasanya perpus indentik sama pojokan udah gitu diujung pula. Gak heran kalo perpus sekolah itu sepi trus scoopy juga hahaha

      Delete
  2. Semangat Ibu guru. Semoga setelah dipindah makin rame perpusnya. Dan tambah koleksi baru tentunya. ��

    ReplyDelete
  3. Aamiin. Makin rame anak rumpi yang tadinya rumpi di kantin jadi pindah rumpi diperpus

    ReplyDelete
  4. Waktu sekolah dulu saya termasuk murid yang rajin nyepi di perpus karena gak punya temen. Baca tulisan ini bikin kangen sekolah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk main ke sekolah yuk. Biar bisa terkenang kembali. Bener ya mba. Perpus itu bikin galau makin galau hehe....

      Delete
  5. Senang sekali ada yang peduli dengan perpustakaan sekolah. Btw saya pustakawan sekolah, saat ini lagi mengembangkan perpustkaan. Memang harus berproses dulu untuk menjadikan perpustakaan ramai. Semangat terus ya mbak, semoga jerih payahnya dibalas Tuhan dengan kebaikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin. waah kita sama-sama pustakawan ya... kerja keras buat pustakawan biar yang kunjung banyak dan betah.

      Delete

Terimakasih sudah berkunjung ke blog aku.
Salam

Meningkatkan Value Untuk Diri Sendiri

Ketika aku menulis, ibarat berjuang dengan diri sendiri. Halo Ladies, kembali lagi Mak Kece menyapa dengan pengetahuan yang bermanfaat. Kali...