November 28, 2015

MASJID RAYA AT-ATAQWA KOTA CIREBON


Sinar matahari sore yang indah menyinari masjid raya At-taqwa.

Ini salah satu masjid kebanggaan kota Cirebon. Tepat ditengah kota Cirebon. Masjid Raya At-taqwa, ini berada dijalan Kejaksan perempatan antara jalan Kartini, jalan Siliwangi, jalan Karanggetas, dan jalan Veteran. Berdekatan dengan Alun-alun Kejaksan. Masjid ini kerap dijadikan tepat perhelatan besar maupun kecil, seperti: 

Masjid tampak depan.

~ Acara Tablig Akbar yang menghadirkan tokoh-tokoh Muslim ternama Indonesia. 

~ Bazzar Buku maupun Bazar pasar malam yang diadakan setiap tahun seperti Maulid Nabi Besar Muhammad S.A.W. 

~ Tiap bulan Ramadhan pun alun-alun akan ramai dengan Bazzar Kuliner Khas Cirebon, ataupun Ta'jil yang menjadi favorit warga yang hendak berbuka puasa.


MENARA MASJID

Sebelah menara itu gedung MUI kota Cirebon.

Yang menarik dari masjid ini adalah pada Menara Masjid ini. Ternyata menara masjid ini dibuka untuk umum setiap hari. untuk bisa memasuki dan menaikinya pengunjung dikenakan biaya tiket sebesar Rp. 3.000/orang. Jadi selain beribadah kita juga menikmati pemadangan halaman masjid dari atas menara. Seru kan?.

Menara di sore hari.



TEMPAT WUDHU

Wanita yang ingin berwudhu bisa lewat sini.

Bagi saya, masjid ini memiliki tempat wudhu bersih terbaik dari masjid-masjid di kota Cirebon yang pernah saya kunjungi. Tempat wudhu antara Pria dan Wanita terpisah jauh. 
Tempat wudhu Pria berada dibagian Kanan masjid sedangkan tempat wudhu wanita berada dibagian Kiri masjid. Ini dilakukan agar setelah berwudhu tidak berbenturan dengan para Pria yang berlalu lalang yang dapat membatalkan wudhu akibat bersentuhan.

Pria yang ingin berwudhu bisa lewat sini.
Tempat wudhu bersih.


MUKENA BERSIH

Mukena bersih dan wangi tersusun rapi di dalam lemari dan di dalam box.

Bagi kaum wanita yang ingin Solat namun tidak membawa perlengkapan sholat seperti Mukena, masjid ini menyediakan Mukena Bersih setiap harinya untuk bisa digunakan. Jadi jangan takut beribadah berlama-lama dan dipakai lama juga jika tidak ingin buru-buru melepaskan mukena karena ditunggu oleh yang meminjam lainnya. Pihak masjid sudah menyediakan begitu banyak mukena bersih di masjid ini. Ada yang disimpan di lemari kaca dan di gantung-gantung. jika yang disimpan dilemari kaca habis dipakai. Kita bisa mengambil mukena bersih lainnya yang tersimpan di box besar.


PERPUSTAKAAN MASJID

Senang membaca buku? Nah disini juga ada Perpustakaannya. Perpustakaan Masjid tentunya koleksi buku-buku yang ada disini lebih banyak buku-buku bacaan religi yaitu buku-buku agama yang seluruhnya adalah buku agama Islam.

koleksi buku perpustakaan masjid.

Jadiii ayo luangkan waktumu saat berwisata ke kota Cirebon dengan mengunjungi masjid ini.











             
Lapeer

Sering sekali aku kelaparan apalagi dimalam hari seperti sekarang ini. Karena tidak makan malam.
Pagi tidak sarapan karena belum masak karena punya uang hanya sedikit. Cukup beli beras aja atau cukup untuk beli susu dan donat untuk sarapan anak. Siang gak punya cukup uang untuk beli lauk karena Cuma ada nasi. Malam gak makan karena nunggu suami pulang trus kasih uang buat beli lauk yang enak tapi ternyata hanya cukup untuk jajan anak aja.

Sebelum nikah aku suka ngambek sama mama karena makanannya terlalu sederhana tapi selalu kenyang karena banyak makanan dan camilan tiap hari. Selalu sarapan dengan buras pake sambel kacang dan gorengan atau nasi uduk pake mie bihun. Dulu ku bilang itu sarapan kampungan tapi kalau dibandingkan sekarang aku sudah menikah justru kehidupanku sebelum menikah bisa lebih baik.

Lebih enak punya mama di bandingkan jadi mama. Aku mengerti kenapa mama dulu sangat banting tulang demi menghidupi keempat anaknya yang masih dalam masa pertumbuhan dan masih sekolah semua.

Kini aku mengerti kenapa mama dulu sangat pelit sampai-sampai mama tidak suka jika anaknya jalan-jalan ke mall bersama teman-temannya. Bagi mama ke mall hanya akan membuat banyak keinginan. Hanya membuang-buang uang saja. Jika tidak ada yang penting tidak usah pergi-pergian selain pergi kesekolah. Lebih baik di tabung daripada membeli barang-barang yang sebenarnya sudah dimiiki. Ya! Aku mengerti.
Itu makanya... bapak pernah bilang kalau aku menikah kelak harus dengan laki-laki yang memiliki pekerjaan tetap dengan gaji tetap. Jangan seperti bapak yang pekerjaannya tidak tetap. Jika pekerjaannya di proyek habis ya habis juga penghasilannya. Makannya mama ikut banting tulang demi menyambung hidup apabila tetiba bapak gak ada kerjaan lagi.

Kini aku menikah dengan laki-laki yang pekerjaannya tetap tapi gak punya gaji. Ada yang jual baru dapet untung ya untung itulah penghasilannya. Kalau mau dibilang menyedihkan ya tepat sekali.
Apa aku salah dinikahi orang. Jika saja aku terlalu pintar untuk memilih. Masalahnya adalah tidak ada yang bisa kupilih pada waktu itu. Ada yang suka dengan ku dan ada yang mau menikah denganku saja itu sudah sangat bagus.

Usia 25 belum pernah pacaran sekalipun. Orangtua mana yang tidak cemas. Sangat takut kalau anaknya kelak menjadi perawan tua. Makanya pada saat anaknya dekat dengan seseorang, orangtua selalu bertanya kapan akan diresmikan hubungannya. Lebih baik menikah sekarang daripada tidak sama sekali. Karena nantinya bisa lama lagi untuk mendapatkan jodoh. Begitu kata kakak lelakiku. 

Mereka semua antusias bahwa si jelek ini akan menikah.
Setelah menikah banyak sekali penyesalan kenapa aku tidak bersabar untuk mendapatkan yang terbaik tentunya yang lebih baik dari ini.
Kehidupanku kini tidak seperti yang kubayangkan pada saat aku masih perawan dulu. Aku bercita-cita memiliki keluarga bahagia dengan kehidupan ekonomi yang jauh lebih baik dari ekonomi orangtuaku. Tapi kenyataannya justru dibawah orangtuaku.

Aku jarang sekali bisa masak makanan enak untuk anak dan suamiku. Menjadi seorang istri yang paling membahagiakan adalah apabila bisa menyuguhkan masakan pada saat suaminya pulang. Tapi tidak begitu denganku. Uang yang diberikan suamiku 20ribu perhari bisa habis untuk beli susu dan jajan anakku. Beli telur sebutir dan sabun cuci untuk membersihkan barang-barang kotor di dapur. Esok harinya buat beli beras, susu dan jajan anak. Esoknya lagi untuk beli minyak goreng dan gula. Begitu seterusnya. Tidak bisa memasak makanan enak.

Aku akan belanja sayur dan lauknya jika aku menerima gaji. Tapi setelahnya suamiku akan berceramah “makanan sederhana aja aku mau makan kok. Gak perlu masak yang banyak kayak begini”. Padahal aku memasak juga untuk anakku tersayang dan diriku sendiri karena aku bosan makan nasi dengan telur ceplok aja dan untuk anakku karena aku kasihan tidak pernah memberikannya sayur.

Beli sayur itu murah. Bayam Cuma 3ribu seikat. Tapi bumbunya yang mahal. Seperti bawang, cabe, bumbu dapur, kaldu ayam supaya rasa sayurnya lebih lezat atau pake jagung biar vitaminnya jadi kaya. Bikin sayur bayam aja bisa sampai 10 ribu kan?? Naah kalau uangku 20rb??? Mana bisa aku beli susu. Bisa beli susu, bisa-bisa anakku gak jajan atau sebaliknya bisa jajan gak bisa beli susu. Karena selain menu sayur bayam kan ada menu lauk juga... semurah-murahnya tempe lah atau tahu yang bisa dibeli dengan seharga 2 ribu yang sekali makan buat kita bertiga. Nanti menu makan selanjutnya apa? Kita kan makan tiga kali sehari bukan sehari sekali. Betul kan??

Ahh andai penghasilan suamiku bisa lebih banyak.misalnya Aku di beri uang dua juta perbulan gitu... untuk uang belanja. Karena selama ini ku hitung apabila aku diberi uang sehari dua puluh ribu, berarti aku hanya mendapatkan 600 ribu perbulan. Padahal hidupku sewaktu sebelum menikah menjadi anak kost, Enam ratus ribu rupiah itu adalah uang makanku selama satu bulan. Belum perlengkapan mandi, kecantikan, transport, dll.

Apakah hidupku setelah menikah jadi lebih menyedihkan ketimbang kehidupan hematku jadi anak kosan?? Kenyataannya memang begitu dan aku rindu masa-masa itu.

Hidup sendiri itu aman. Maksudnya aman dari dosa. Karena tidak ada tekanan untuk patuh terhadap siapapun. Kini... harus mendengarkan perkataan suami, jika tidak nanti dosa. Tidak menyiapkan makan untuk suami katanya dosa. Enggan membuatkan teh juga dosa dan masih banyak dosa-dosa yang lain. Kini sepertinya aku lebih banyak menabung dosa bila dibandingkan nabung uang. #mengeluh tiada akhir.

November 25, 2015

senin

8
Kenapa aku jadi benci hari senin. Rasa-rasanya aku tak mau kenal hari senin. Karena hari senin hanya membuatku tampak kaku, bodoh dan segalanya. Rasa-rasanya aku mau semua hari adalah hari minggu yang tak perlu repot-repot pergi sekolah dan mengerjakan tugas. Jadi guru ternyata lebih berat daripada menjadi siswi.


Karena hari senin pagi adalah waktu dag dig dug, apakah aku akan menjadi pembina upacara atau bukan. Bila ditunjuk mau tidak mau harus mau. Dan bila ditunjuk itulah aku harus mau melakukan. Setelahnya, aku akan menghadapi anak-anak perwalianku yang super duper kompleks tingkahnya. Yang suka bolos, yang suka bantah dan yang suka-suka lain lagi yang akan membuatku dikemudian hari ditegur habis-habisan oleh kepala sekolah karena tak mampu melksanakan tugas dengan baik. Huh! ( mengelus dahi ).

November 24, 2015

album biru

7
Sudah lama sekali aku tidak membuka album kenangan berukuran kecil yanng ku beli saat aku lulus SMA dulu di toko ceria seharga lima ribu rupiah. Aku meletakkan semua moment di album itu. 
Beberapa foto yg paling mewakili hidupku ku simpan dalam album itu.

Foto saat aku berkunjung ke kebun binatang ragunan bersama adik tersayang saat aku masih menjadi guru TK. Foto kebersamaan dengan teman sekelas sewaktu masih menjadi mahasisiwi aktif di jurusan Sastra. Foto pertama bersama badut  teletabis tokoh kesayangan adik-adikku. Foto kebangga saat di wisuda karna seluruh keluargaku hadir dan teman spesial yang ku anggap sedang dekat jauh-jauh dari cireon juga datang menghadiri wisudaku. Yang moment terspesial saat aku menikah dengan teman dekat itu.

Aku sangat suka di foto, sangat senang melihat diriku tersenyum di gambar itu. Makanya disetiap jepretan foto aku tak pernah lupa untuk menampilkan seyum paling termanis yang ku miliki agar abadi dalam gambar foto. Semuanya tergambar di situ. Bagaimana ekspresiku. Bagaimana aku tersenyum menandakan bahagia. Dan bagaimana aku menyatakan bahwa hidupku sangat bahagia. 

Tapi aku tidak yakin kalau hidupku benar-benar bahagia. Bagaimana tidak... di balik ekspresi senyum itu ada sejuta kejadian tak terungkap lewat mulut maupun hati tak berani berkata.
Satu persatu kupandangai dan membayangkan, apa yang terjadi dalam masa-masa itu. Foto pergi kekebun binatang bersama adik. Aku berfikir bahwa saat itu mau apa di hidupku?. Cantik?  Tidak! 

Populer? Tidak!  Apa yang menarik? Sampai-sampai saudara laki-laki saja enggan memiliki saudara seperti aku.sudah terlahir sebagai gadis yang tidak cantik sama sekali, jutek, judes, galak, suka marah dan sifat yang tidak baik lainnya. Kata mereka aku ini “jelek”. Satu kata yang paling ku benci di dunia ini. Sampai-sampai kenapa tercipta ada kata seperti itu.

Penampilan sangat tidak menarik. Cupu, baju lusuh karna tak mampu beli baju baru. Beli setahun sekali pada saat lebaranpun sudah sangat bersyukur. Tak kenal make-up, makanya melamar kerja jadi SPG yang paling mudah saja tak pernah di terima. Padahal hanya menjadi pelayan. Tapi tidak diterima. Ternyata jadi pelayan itu harus cantik. Aku sempat memiliki ide terlintas di benakku. Yaitu 

Opersai Plastik biar cantik. Kebanyakan nonton film Jepang dan Korea yang rata-rata gadis muda di negara itu melakukan hal demikian demi mendapatkan kulit putih dan wajah yang cantik.

Huh! Mesti cantik ya. Apa cantik itu penting? Ternyata jawaban semua menyatakan Ya! Penting.

Aku tahu model baju terbaru, aku tahu trend make up di tahun itu. Tapi aku tidak pernah tahu bagaimana aku bisa menjadi seperti itu. Jadi gadis yang fashionable. Jadi gadis cantik yang ceria. Yang ku tahu mukaku selalu di tekuk-teku meratapi kejelekan rupaku. Kata kakak ku... “atin mau diapain aja, mau pake apa aja ya... tetep aja jelek”. Tak ada semangat apalagi motivasi. Hidupku di masa sekolah di habiskan dengar mendengar kata-kata yang sungguh menyakiti hati.
Ironi...benar-benar ironi hidupku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Foto kebersamaan dengan sahabat di kampus tercinta saat aku memutuskan untuk kuliah di jurusan Sastra membawa kesan tersendiri. Aku memiliki teman yang tulus memberi kebahagiaan yang padahal di awal kuliah “berteman itu tidak penting karna hanya akan memperlambat  jalan hidupku menuju sukses”. Aku mulai memiliki pemikiran seperti itu pada saat jauuuuh sebelum aku berfikir ingin kuliah yaitu mencari pekerjaan di sebuah pasar swalayan Ramayana bersama anak teman Mama. 

Ukuran tinggi badanku lebih tinggi daripada dia, tapi pada saat lamaranku hampir di terima sedang dia di tolak. Dia protes kenapa dia tidak diterima. Menjadi pedebatan kecil saat itu sehingga menjadikan sang penerima karyawan mengurungkan niatnya untuk tidak menerimaku dengan alasan “oh iya, kami melakukan kesalahan. maaf” mulai saat itu kemanapun aku pergi aku tak butuh ditemani ataupun “pergi bersama” yang katanya lebih indah justru menghambat jalan suksesku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di kampus. Lambat laun aku mulai memiliki rasa arti dari kebersamaan. Teman-teman kelas yang begitu care apabila salah satu diantara kita tidak hadir di kelas. Teman-teman yang selalu mengajak makan bersama walaupun tidak memiliki uang untuk membeli makanan di kantin. Teman-teman yang membuat senyumku mengembang kembali bahwa kebersaman itu memang indah.

Aku tak berfikir kalau... apakah aku akan memiliki seorang kekasih. Pacar hanya menghambat konsentrasi belajarku. Tapi, iri juga kalau melihat teman kelas itu mulai memiliki pasangan yang membiayai kebutuhan pulsa, makan di kantin, dan membelikan pakaian tiap bulannya. Kalau aku memiliki pacar apa aku bisa seperti itu juga? Jujur saja. Bila aku bisa seperti itu kemungkkinan besar aku bisa membeli barang yang kusuka tanpa harus menungu-nunggu gajian dari ngajar Bimbel.aku pun bisa tidak kekurangan uang kan??

Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Melihat kesedihan teman kelas bila sedang cekcok dengan pacarnya seperti  seorang istri yang terancam akan diceraikan suaminya. Kasihan sekali. Tapi mau menunggu bagaimanapun itu tak akan terjadi. Tak ada yang berminat denganku. Lagi-lagi memang harus cantik ya! Supaya dapet pacar. Hah! Kalau gitu memang tak usah punya pacar kalau mau lulus dengan nilai baik.

Sepertinya teman kelasku ini, sangat baik. Mereka berusaha menjadi mak comblang, mengenalkan aku dengan beberapa laki-laki di luar kampus. Kunyatankan dalam hatiku untuk berteman saja. Jadilah tak ada yang memang jadi pacar semuanya adalah teman baik.

Disinilah aku mulai sadar. Menarik laki-laki ternyata tidak melulu harus cantik yah? Bisa juga dengan menarik perhatian mereka dengan sedikit kepintaran. Aku mulai lebih konsentrasi belajar di kampus. Memahami semua materi. Menjadi guru bimbel ternyata tidak sia-sia. Yang tadinya aku pendiam lambat laun aku mulai pandai berbicara di depan teman-teman. Disinilah aku mulai disukai, disenangi oleh teman-temanku. Dan menganggap bahwa aku ini mahasiswi pintar. Mereka ingin belajar banyak dariku. Menggali informasi lebih banyak dariku tentang berbagai hal. Dengan begini aku juga bisa tampil cantik.

Aku mulai sadar bahwa cantik itu tidak hanya dari wajah, tapi bisa juga dari hati, dari bahasa, dari penampilan dan dari perilaku. Aku mecoba untuk berubah sedikit demi sedikit. Sudah memiliki uang dari penghasilan ngajar bimbel aku jadi bisa beli barang yang benar-benar kubutuhkan.

Aku mulai menggunkan make-up, pelembab wajah yang bisa mencerahkan kulit. Aku membeli berbagai produk yang kuanggap aman dan cocok untuk kulitku dan aku menemukan kosmetik yang benar-benar  aman untuk kulitku yang tak pernah pakai kosmetik selain bedak bayi. Aku lebih rajin ibadah dan berpuasa untuk mengontrol emosiku agar tidak cepat marah bila ada teman yang salah bicara. Mencoba untuk selalu tersenyum bila bertemu dengan teman sekampus walau itu tidak sekelas. Aku mulai menata bahasaku agar terlihat sopan. Aku ingat pada perkataan salah seorang 

Dosen Bahasa Indonesia “bila ingin berbahasa yang baik, coba untuk mulai bahasamu dengan yang baik di manapan kamu berada. Biasakan berbahasa yang baik kalau perlu terapkan secara murni bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari”. Aku menerapkan hal itu dan benar saja... semakin banyak teman-teman yang mau mendengarkanku. Malahan ada teman dari jurusan lain yang minta belajar bahasa Indonesia denganku.
Setiap gaji yang kudapatkan tiap bulan, kusisihkan untuk membeli baju baju baru. Memilih model pakaian sesuai dengan kepribadian. Simpel dan santai. Baju baru memang memberi aura tersendiri dalam diri seseorang. Warnanya yang masih terlihat cerah membuat si pemakai juga menjadi cerah dan bersih. Tidak kusam apalagi cupu.

Disela-sela kau berteman dengan teman sekelasku. Mereka pun mulai sadar akan perubahan dalam diriku yang tidak singkat memang... tapi mereka mengakui. “atin yang sekarang beda ya... sama atin yang waktu pertama kita ketemu. Sekarang lebih ceria trus lebih rapi lagi. Makin cantik” alhamdulillah... dalam hati. Jadi cantik itu perjuangan. Itu adalah hasil yang terpenting dalam hidup ini adalah proses menuju kesana. Perjalannan tidak instan akan membawa kebanggaan hidup ini juga tidak instan tapi tetap bertahan jangan sampai jatuh kelubang asal.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Foto wisuda adalah salah satu moment kebanggannku. Bagaimana tidak, aku berjuang dan bekerja keras untuk perayaan itu. Aku rela meninggalkan teman-temanku yang masih asyik dengan menikmati masa pacaran mereka, masa bermain mereka dan masa-masa yang lainnya. Yang kipikirkan saat itu adalah aku mau cepat-cepat selesai agar tidak menghabiskan uang orang tuaku lebih banyak lagi. Kau tahu yang namanya kuliah itu dananya tidak sedikit. Ada dana semester, ada dana ujian, ada dana pembuatan tugas, ada dana makan (jajan) di kantin kampus, ada transportasi dan dana penampilan tentunya. Memikirkan itu aku jadi sangat kasihan kepada mama yang lebih banyak membantu soal keuangan.

Butuh perjuangan keras untuk menyelesaikan skripsiku. Aku harus mencari dosen yang mau membimbingku dan cocok karakternya denganku. Dosen yang memahamiku aku mau isi skripsi yang bagaimana. Dosen itu harus peka, harus mengetahui keinginan tulisanku namun tidak meninggalkan kaidah bahasa. Itu tentu saja karena kau kan orang bahasa.

Kau tau dibalik senyum kebanggaan ada senyum kepahitan? Ya... karena wisuda sendirian di jurusan, aku jadi bulan-bulanan alis bully oleh teman-teman dari jurusan lain. Ada yang mengatakan aku tidak care, tidak peduli, tidak toleransi karena teman-teman dikelas di tinggalkan dan tidak bersabar untuk wisuda bersama teman-teman, ada yang bilang juga kenapa tidak mengambil sastra sunda aja biar gelar kesarjanaannya doble. S. S. S. Sarjana Sastra Sunda. Yeah!

Aku senang karena seluruh keluargaku hadir dalam wisuda itu. Aku senang orang yang spesialpun turut datang menyempatkan diri jauh-jauh dari kota Cirebon demi menyaksikanku di wisuda. Namun ada satu yang membuat kegetiran di hatiku hingga saat ini. Melihat foto itu tentu saja berbagai pikiran muncul. Ternyata pada saat itu, bapak sudah memiliki wanita simpanan yang menjadi duri dalam pernikahan antara bapak dengan mama. Mama yang tidak mengetahui perihal itu. Senyum kepura-puraan diantara mereka. Sebenarnya di hari H itu bapak bilang gak bisa pulang karena kerjaan banyak tapi mama memaksa. ”masa anaknya diwisuda bapakya gak hadir. Kan masih punya bapak yang sehat. Kasian anak” akhirnya bapak pulang. Dalam hati kami sekarang, kemungkinan bapak gak bisa pulang kerumah karena harus pulang kerumah wanita simpanannya itu ya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Foto pernikahanku adalah moment yang paling spesial dalam hidupku. Karena akhirnya aku menikah karena sebelumnya aku berpikir ”apakah aku bisa menikah? Apakah ada yang rela menikahi orang jelek seperti aku? Apakah ada yang menyukaiku?” tapi ternyata teman dekat yang datang jauh-jauh dari Cirebon itu benar-benar serius denganku hingga sabar menungguku bekerja terlebih dahulu setelah diwisuda. Dialah yang sekarang menjadi suamiku. Perjuangannya harus aku akui. Tanggungjawabnya sebagai laki-laki juga harus aku akui. Keseriusannya membina hubungan baik juga harus aku akui. Dia bukan tipe main-main, dia bukan tipe bercanda-bercanda apalagi bikin lelucon yang gak penting.

Senyumku bahagia namun dibalik kebahagian itu pedih yang menyakitkan. Seminggu sebelum hari pernikahan aku mengantarkan undangan ke teman-teman. Namun kejadian dirumah sangat memilukan. Mama mengetahui kenakalan bapak. Mama mengetahui bahwa bapak punya wanita simpanan dan sudah menikah secara siri selama 2 tahun. 2 tahun terakhir kehidupan bapak penuh kebohongan. Katanya dapet uang dari kerjaan sedikit ternyata penghasilannya harus berbagi dengan wanita lain.

Sakitnya hati mama yang dikhianati lantas tak membuat mama kalah begitu saja. Mama mendatangi wanita itu dan minta agar memutuskan hubungan siri mereka. Setelah itu mama pergi kerumah kakak di bogor, menginap selama 2 hari 3 malam.
Aku sendirian dirumah. Mestinya si calon pengantin ini di jaga emosinya. Mau jadi pengantin kan mestinya dilayani bak putri raja. Ya luluran, ya pijat, ya ngaji yang banyak, ya di masakin. Bukan bikin sarapan sendiri, bikin makan siang sendiri, gak enak makan, gak enak tidur, akhirnya tepar. Masuk angin, flu, bukannya di lulurin malah dikerokin. Aduh aduh aduh kasian banget ya. Mau menikah aja ujiannya segabreng.

Malam ketiga sebelum hari pernikahan. Tengah malam mama sama bapak ribut. Mama nagis-nagis. Adikku yang cowok emosi tak terkendali. Memecahkan barang-barang dikamarnya. Ikut nangis “bapak gak punya perasaan. Selama ini anak ngalah sama bapak. Tapi apa yang bapak lakuin? Kalo bapak gak pernah begitu. mba atin gak bakalan sedih. Kasian mba atin yang mau nikah tapi ada kejadian kayak begini”. Mendengar namaku disebut aku langsung keluar kamar dan memeluk adikku di ruang tengah. “mba atin gak pa pa kok. Mba atin sabar. Dede jangan begini. Kalo dedebegini mba jadi sedih” sambil pegang gelas kaca yang mau dibanting lagi. Aku menahannya agar dia tidak dibanting lagi gelas-gelas  itu. Cukup sudah beling berserakan dilantai. Jangan sampai ada yang terluka kena beling. Cukup luka dihati saja yang tak terlihat dan anggaplah semua baik-baik saja.
Kini aku menyadari semua senyuman itu. Senyuman diantara semua foto senyumku. Yang terlihat diluar tidak seperti didalam. Apapun yang terjadi didalam. Jangan sampai kau mengeluarkannya.  


pandangan pertama


Seperti cerita cinta pada umumnya. Akupun mempunyai cerita cinta bersama suamiku sebelum kami menikah. Dipertemukan dalam suatu acara reuni sekolah teman sekaligus bos tempatku mengajar di sebuah TK Islam. Waktu itu, aku sebagai guru kelas yang mengajar anak kelas 0 besar. 

Aku di ajak temanku itu untuk menemaninya ke sebuah acara reuni di luar kota. Cirebon. Itulah kota yang akan ku kunjungi bersama temanku itu.  Antusias?  Ya pastinya, karena aku belum sekalipun pergi ke tempat itu. Hobbyku jalan-jalan bermimpi suatu saat nanti aku dapat berkeliling Indonesia pergi ke tempat-tempat indah yang belum pernah kukunjungi. 

Dan cirebon adalah tujuanku bisa berwisata gratisan tanpa mengeluarkan biaya akomodasi dan konsumsi. Minimal untuk diri sendiri.


Stasiun cirebon itulah perjumpaan pertamaku bersama si dia (suamiku). Bawaanku banyak dan berat, dia membawakan.`

me and husben


Aku lupa. Jika di awal aku terlalu banyak bercerita tentang diriku dan anakku. Hingga lupa menceritakan gimana suamiku. Tak ada yang istimewa. Orang yang ku anggap terlalu diam dan kadang tidak perduli soal keuangan, hingga aku harus berpikir keras untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keinginanku.

Suamiku berkerja secara freelanch. Memiliki usaha sendiri di bidang perdagangan. Pekerjaannya  menjual jasa Jual Beli emas dan barang-barang antik. Gemstone alias batu akik juga karena koleksinnya yang lumayan banyak.

Pekerjaan seperti itu kadang menjanjikan kadang tidak. Karena tidak memiliki penghasilan tetap seperti gaji bulanan. Pendapatan di dapat dari penjualan emas, apabila ada orang yang datang untuk menjual emas. Jika harga cocok, keduabelah pihak dari negosiasi tersebut, Suamiku akan membayar sesuai besar gram dari emas yang di bawa orang itu. Lalu suamiku menjualnya lagi ke... sebutlah bos yang memiliki modal paling besar untuk di lebur emasnya. Dari keuntungan itulah pendapatan suamiku. Besar keuntungan dan pendapatan tergantung banyaknya emas yang di beli suamiku pada hari itu dari orang-orang yang datang.

Untuk barang-barang antik biasanya via telepon atau sms. Suamiku akan mendapat tawaran dari temannya yang membutuhkan furniture produksi lama namun memiliki nilai jual tinggi. Disini pun akan terjadi negosiasi. Biasanya negosiasi berlangsung selama berhari-hari. Kadang berhasil kadang tidak karena harga yang tidak cocok.
Suamiku pengkoleksi batu akik sejak kami belum menikah. Saat aku bertemu dengannya. Jari tangannya sudah memakai batu akik coklat yang katanya itu fosil kayu yang membatu. Setelah kami menikah. Ternyata dia punya tidak hanya yang dipakainya saja tetapi juga ada yang tersimpan rapi dan wangi di saku tersembunyi. Penyimpanannya rapi sekali. Sampai aku tidak mengetahuinya, dimana dia menyimpannya.

Satu hal yang paling tidak ku sukai yang dia lakukan adalah. Dia sangat toleransi kepada teman-temannya yang menyebut diri mereka the genk “...”. paling cepet kalau soal menyangkut teman-temannya. Tapi lamban mengenai istrinya. Jika ada teman wanitanya di genk itu berulang tahun. Dia memberikan kado. Yang namanya Yani... pertama suamiku memberikan eyeliner yang dia minta dariku sebagai kado untuk si janda itu. Kedua... suamiku memberikan batu akik secara gratis sebagai kado ulang tahun juga. Mestinya kan di jual aja. Lalu uangnya bisa diberikan kepada istrinya untuk belanja dan memasak. Kesel, dongkol, bukan cemburu. Tapi dia itu BODOH. Mementingkan orang lain ketimbang orang yang sudah berkorban banyak untuknya.

Di Ulang tahun suamiku yang ke tiga puluh lima di tahun pertama kami menikah. Aku memberinya kejutan berupa kue bertaburkan lilin warna warni di tengah malam. Sangat spesial. Antusias. Bersemangat. Penuh cinta. Blackforesh itu ku beli seharga seratus ribu rupiah di toko kue oriental. Aku membelinya dari gajiku selama sebulan. Tau? Berapa gajiku saat itu? Seratus delapan puluh tiga rupiah.

Tapi dia tidak pernah membalasnya. Kini tahun ke lima aniversary kami. Di hari Ulang tahunku selalu suram, tak ada kado maupun kue blackforesh seperti yang ku berikan kepadanya. Alasannya... dia tidak suka kue yang banyak krim-krim kaya gitu. Dadaku sesak. Sampai-sampai hari yang paling tidak menyenangkan adalah hari ulang tahunku. Setiap tahun selama kami menikah.



gadis pink



Gadis kecilku memiliki ciri khas unik. Senang dekat kipas tapi yang di kipas bukan kepalanya atau badannya yang berkeringat tapi kakinya. Dia mengabaikan keringat yang membasahi rambut dan punggungnya. Yang terpenti adalah kakinya harus kena kipas. 

Senang pakai eurephone. Walau tak kedengeran suaranya. Senang berSelfi ria jika ada kamera, hape atau laptop. Satu lagi. Anakku suka sekali dengan warna pink. Makanya, seluruh barangnya kini lebih banyak berwarna pink. 

Dan jika dia berencana untuk membeli barang, dia pasti pesan untuk dibelikan yang warna pink. Sampai-sampai barang baru kepunyaan bunda pun ikut-ikutan berwarna pink karena saat membeli benda tersebut si anak ya... ngikut. Jadilah dia yang berkuasa untuk menentukan warna apa yang harus dipilih bundanya. Jujur saja, di luar rumah... bunda tidak bisa berdebat. Tau kenapa, karena aku berusaha untuk tidak berdebat di muka umum. Menahan diri.. itulah kuncinya.

Setiap sore aku mengajaknya main di luar rumah setelah dia bangun tidur dan tidak lupa mandi agar mainnya tenang. Karena dia suka sekali main sampai lewat mahgrib. Tidak jarang sahabatnya pun jika main sampai melewati mahgrib. Sambil main sambil makan makan. Aku menyuapinya jika ia asyik main. Tapi dia akan minta makan sendiri jika makan malam bersama ayah dan bunda.

Gadis kecilku lambat laun makin banyak kebisaannya. “malva udah gede” begitu katanya jika di layani. Baik mandi maupun makan. Apa-apa sudah ingin mandiri. Sampai-sampai, pergi ke warung untuk jajan dekat rumahpun ia tidak ingin ditemani. Walaupun apa-apa dia mau sendiri. Aku tetap memantau. Mataku tidak pernah lepas mengawasinya jika ia sedang berada di luar rumah. Namun jika di dalam rumah. Aku merasa lega. Anakku mau main apa saja aku biarkan. Dia mau berantaki mainnannya yang super banyak pun aku tidak perduli. Biarkan saja. Pelan-pelan aku mengajarinya untuk dapat merapikannya kembali walau terkadang harus berdebat. Aku akan menggunakan bahasa “yuk bunda bantuin, kalo malva gak mau bantu bunda. Bunda juga gak mau bantu malva”. Dengan bahasa seperti itu dia menuruti. Arti dari kalimat di atas... bahwa segala sesuatu harus ada timbal balik atau balasannya.

Aku berusaha
untuk berkata baik kepada anakku. Menggunakan bahasa Indonesia halus bukan resmi. Sopan tidak kasar. Agar anakku dapat mengikuti dapat berkata baik pula. Karna aku punya pandangan bahwa bahasa itu menular. Jika kita bergaul dengan orang yang bahasanya baik, kita akan ikut berkata baik. Jika kita bergaul dengan orang yang suka berkata kasar... menyebut kata binatang tentu kita akan mengikuti berkata-kata demikian. Juga... jika kita bergaul dengan orang yang suka latah, kita akan ketularan latahnya. Nah! Bahasa sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari alias MENULAR.

Akupun berusaha untuk bersikap baik kepada anakku. Karena tanpa di sadari. Anak adalah cerminan diri kita. Sikap atau perbuatan Apapun yang kita lakukan kepada anak. Anak akan menganggap itu adalah benar dan pada suatu hari nanti jika posisinya sama dengan posisinya kejadian yang di hadapi sekarang. Dia akan berbuat yang sama. Jadi bunda... berhati-hatilah dalam bersikap maupun berkata. Karena anak dalam masa pertumbuhan akan merekamnya dalam memorinya yang belum banyak pembelajaran. Karena rekaman di awal adalah pembelajaran yang paling diingatnya.

Di usiannya sekarang, dia tidurnya malam. Terkadang jam sebelas dia masih asyik dengan mainan boneka yang tiga-tiganya warna pink. Sebagai orangtua kami selalu cerewet menyuruhnya untuk segera tidur. Tapi si anak malah nangis karena masih ingin main. Begitulah... Tidak jarang juga karena kantuk yang menghadang ayah bundanya, karena aktivitas yang padat, jadi suka tidur duluan alias ketiduran. Jadinya si anak tidur belakangan.

November 7, 2015

Jadi Bunda

                Bunda rumah tangga, itulah sekarang statusku. Tapi masih memimpikan menjadi seorang wanita karir, pebisnis wanita atau sebutan kerennya bussinis women. Hey jadi ibu rumah tangga juga enak lhoh. Berasa kayak wonder women coy.
                Pagi-pagi jadi ibu rumah tangga dulu. Y masak bikin sarapan, cuci piring, cuci baju, nyiapin seragam sekolah anak beserta baju gantinnya, bekalnya, dan isi tasnya yang diperlukan selama disekolah.
               
Ayahnya juga gak luput perhatian. Sarapannya sudah siap ditempat biasa ia sarapan, baju kerjanya. Dengan semua pekerjaan di atas telah di kerjakan.
                Bunda jadi tenang untuk berangkat bekerja. Sesampainya bunda dikantor, tidak lupa untuk sms mengingatkan kepada ayah untuk tidak lupa dengan barang-barang yang telah bunda siapkan. Maklum yang mengantar anak kesekolah kan si ayah.

                

Meningkatkan Value Untuk Diri Sendiri

Ketika aku menulis, ibarat berjuang dengan diri sendiri. Halo Ladies, kembali lagi Mak Kece menyapa dengan pengetahuan yang bermanfaat. Kali...